Roma 12 : 2 -- 1
Tim 4 : 12
Setiap
orang yang hidup, pasti ingin mengalami apa yang namanya perubahan. Pastinya
ingin melangalami perubahan ke arah yang baik. Namun pada kenyataannya, banyak
yang tidak tahu cara bagaimana mereka bisa berubah dengan baik. Sehingga bukan
menjadi baik, justru mereka semakin buruk bahkan semakin jauh dari apa yang
mereka bayangkan dan inginkan.
Saya
ingat waktu saya dan beberapa teman yang mengikuti retreat Pengurus Pemuda di
Jakarta. Waktu kami dalam perjalanan pulang, ada seorang pemuda yang bertanya
kepada saya. “Kak, coba kakak sebutkan binatang apa yang paling kakak senangi.
Urutkan mulai yang paling utama.” Wah, saya bingung sekali. Anak-anak mau
ngerjain saya kali. Sehingga mereka memberikan pertanyaan yang seperti itu pada
saya. Ada
anggota pemuda lain yang ikut tertawa dan ingin mendengar jawaban saya. Mereka
menunggu dengan harap. Seperti kan
diberi sesuatu saja. Lalu saya menjawab, kupu-kupu, lumba-lumba dan anjing.
Mengapa? Karena bagi saya, ketida hewan itu sangat luar biasa. Kupu-kupu, walau ia tidak memiliki
waktu hidup yang lama, namun perjalanan hidupnya sangat sempurna. Ia memiliki
warna yang indah, bisa terbang kesana-kemari, dan menjadi suatu perantara untuk
penyerbukan. Lumba-lumba, walaupun
saya hanya meihat dari jauh pada saat saya ada dalam perjalanan ke Lombok,
namun yang saya dengar dan saya sering baca dalam cerit, binatang ini adalah
mamalia laut yang memiliki rasa persahabatan yang tinggi. Bukan hanya kepada
sesamanya, tetapi juga kepada manusia. Jika ia tidak disakiti, ia bisa
bersahabat dengan siapapun. Anjing,
ia adalah seekor binatang yang setia kepada tuannya. Ia tahu bagaimana ia harus
bertindak kepada tuannya. Bahkan mungkin kita bisa kalah jauh dengan kesetiaan
seekor ajing. Jangan kita punya pikiran, “Wah, K’Resa bandingkan saya dengan
anjing.” Tidak demikian, namun kita bisa belajar darinya. Selain itu ia juga
setia kawan. Tidak meninggalkan temannya, tetapi tetap bersama.
Hari
ini, memang kita tidak akan membahas tentang binatang-binatang, tapi yang akan
saya ambil adalah tentang kupu-kupu,
seperti tema kita malam hari ini. METAMORFOSA.
Kita
pastinya pernah mendengar dan bahkan memahami tentang metamorfosa. Saat SD ,
kita pernah belajar akan metamorfosa sempurna dan tidak sempurna. Tapi kita
tidak akan membahas sempurna dan tidak sempurna. Yang kita bahas adalah
metamorfosanya, secara khusus tentang kupu-kupu. Sebelumnya kita akan membaca
dari Roma 12:2 dan 1 Timotius 4:12. Ayat yang sudah tidak
asing bagi kita.
Metamorfosa
adalah bahasa lain dari perubahan. Mengapa saya mengambil contoh kupu-kupu?
Karena bagi saya, kupu-kupu menjadi suatu pembelajaran yang sempurna. Bagaimana
ia berubah secara sempurna. Kita tahu, bahwa ia bukanlah berasal dari telur
langsung menjadi kupu-kupu. Namun dari seekor ulat yang tidak disukai oleh
orang-orang, dianggap menjijikan karena bentuknya yang tidak cantik. Namun
tidak berhenti di situ. Ia harus mengalami masa meditasi atau yang kita kenal
sebagai kepompong. Beberapa waktu lamanya, ia harus berdiam diri dalam
kepompongnya dengan tujuan merubah dirinya. Dan dalam waktu beberapa hari, jadilah sempurna, seekor kupu-kupu yang
cantik, yang disengangi oleh banyak orang. Nah, ini adalah contoh yang
sederhana dari perubahan fisik kupu-kupu. Kita akan belajar bersama bagaimana
kita juga dapat ber-metamorfosa, bukan dari fisik saja tetapi dari dalam.
Dalam
bagian yang telah kita baca, kita melihat ada bagian yang sama dan
berkesinambungan dari 2 bagian yang kita baca. 2 bagian itu adalah: Roma –
berubahlah dan 1 Timotius – jadilah teladan. Walaupun kita
melhat bahwa kedua kata ini berbeda, namun ini adalah suatu hal yang berkesinambungan
atau berhubungan. Coba kita lihat dahulu yang pertama dalam Roma. “Jangan kamu
menjadi serupa dengan dunia ini’ atau dalam bahasa kupu-kupu saya artikan,
“Jangan kamu menjadi ulat terus, tidak ada kemajuan, bahkan tidak menjadi
berkat bagi banyak orang.” TETAPI “Berubahlah oleh permbaharuan budimu…” atau
“dari ulat, jadilah kupu-kupu yang indah agar kau menjadi berkat dan disenangi
orang.”
Itu
bahasa kupu-kupu, yaitu dari perubahannya. Tentunya, penerapan dalam kehidupan
kita agak berbeda. Kita tahu bagaimana kondisi yang ada pada saat ini. Sangat
berbeda dengan keadaan 10 tahun lalu. Bahkan lingkungan hidup kita juga sangat
mempengaruhi akan keadaan kita pada saat ini. Dunia semakin gencar mengadakan suatu
peperangan yang tidak kita lihat. Bagaimana tidak. Banyak hal yang dilakukan
untuk dapat mempengaruhi kita, mulai dari gaya
rambut sampai sepatu, bahkan bukan hanya itu saja, banyak yang menawarkan
pemutih kulit dab lain sebagainya. Apakah salah? Tidak. Namun yang menjadi
suatu kesalahan adalah, kita yang adalah orang percaya selalu mementingkan hal
itu dibandingkan dengan kehidupan kita secara rohani. Sehingga tidak salah jika
Paulus dengan tegas, dengan menggunakan suatu kalimat larangan, “JANGANLAH KAMU
MENJADI SERUPA…”, bukan kalimat masukan, “BAIKLAH..” atau “HENDAKLAH..”. tetapi
tegas sekali. Ini menandakan apa? Bahwa kita HARUS tidak menjadi seperti dunia
ini, baik dalam moral dan gaya
hidup. Fashion, boleh. Namun jangan sampai kita meninggalkan gaya hidup kita hanya demi diterima oleh
orang lain.
Paulus
melanjutkan dengan satu perkataan, “TETAPI BERUBAHLAH…”, ber-metamorfosa-lah.
Paulus ingin berkata, jangan kamu puas dengan keadaan diri kamu yang sekarang,
yaitu hidup dengan pengaruh dunia, tetapi kita hidup seturut dengan kehendak
Allah. Dikatakan secara lengkap: YANG BAIK, YANG BERKENAN KEPADA ALLAH, dan
YANG SEMPURNA. Sempurna, ini yang Paulus ajarkan kepada orang yang membaca pada
saat itu dan kita pada saat ini. Bukan sempurna di mata manusia, tetapi di mata
Allah, yang adalah sempurna.
Dilanjutkan
dengan bagian yang kedua dari 1 Timotius 4:12. Nah, bagian ini yang langsung
mengena kepada kita, anak muda gereja. Dikatakan, “JANGAN seorangpun menganggap
engkau rendah karena engkau muda.” Sekali lagi, pada bagian ini, Paulus
menggunakan kalimat larangan, sama seperti bagian pertama yang telah kita baca
tadi. Ketika kita telah berubah, ber-metamorfosa dalam hidup kita, jangan
biarkan orang lain menganggap kita rendah.
Di
sekolah saya, banyak orang yang seumuran dengan saya. Lulus dari SLTA, kami
banyak yang mengambil keputusan masuk sekolah Theologia. Nah, ketika kami masuk
dalam ladang pelayanan. Banyak di antara kami yang mendapatkan suatu perkataan,
“Wah, Lz-nya masih kecil”, bahkan ada teman saya yang sudah ambil D3, sudah
bekerja, namun karena badannya kecil, jemaatnya berkata, “Lz-nya kecil,
imut-imut lagi.” Itu hanya contoh saja.
Rekan
Pemuda yang terkasih di dalam Tuhan, mungkin kita juga bisa mengalami hal yang
sama. Ketika kita belajar untuk berubah dan sedang dalam proses, ketika kita
masuk dalam jemaat, kita sering kali dipandang rendah karena kita masih kecil.
Wah, tidak jarang di antara kita yang ngambek dan tidak mau melayani. Nah, itu
justru semakin menunjukkan kita adalah anak kecil dan bisa dianggap remeh.
Tetapi apa yang Paulus ingin ajarkan kepada kita? Paulus ingin agar kita tidak
menyerah dengan apa yang orang katakan kepada kita. Bukan dalam arti
memberontak. Tetapi kita membuktikan bahwa diri kita juga mampu melakukan
seperti apa yang jemaat lain lakukan. Paulus menggunakan kalimat perintah,
“JADILAH teladan….” Sudah menggunakan kalimat larangan, eh, Paulus menggunakan
kalimat perintah lagi. Ini benar-benar suatu penekanan yang paulus berikan
kepada anak muda, seperti kita di jaman dulu dan sekarang. Apa yang Paulus
inginkan untuk kita lakukan? Teladan dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam
kasih, dalam kesetiaan dan dalam kesucian.
Memang,
dalam dunia ini tidak ada yang sempurna, no body’s perfect. Namun dalam dunia
ini adalah suatu pembelajaran yang terus menerus.
Yang
kita pelajari dari metamorfosa ini adalah:
1.
Metamorfosa
memerlukan pengorbanan
2.
Metamorfosa
memerlukan waktu
3.
Metamorfosa
memerlukan ketekunan
4.
Metamorfosa
memerlukan kemauan
5.
Metamorfosa
menjadi sempurna
Pertanyaannya: maukah kita mengalami METAMORFOSA
No comments:
Post a Comment