Monday, September 24, 2012

METAMORFOSA


Roma 12 : 2  --  1 Tim 4 : 12

Setiap orang yang hidup, pasti ingin mengalami apa yang namanya perubahan. Pastinya ingin melangalami perubahan ke arah yang baik. Namun pada kenyataannya, banyak yang tidak tahu cara bagaimana mereka bisa berubah dengan baik. Sehingga bukan menjadi baik, justru mereka semakin buruk bahkan semakin jauh dari apa yang mereka bayangkan dan inginkan.
Saya ingat waktu saya dan beberapa teman yang mengikuti retreat Pengurus Pemuda di Jakarta. Waktu kami dalam perjalanan pulang, ada seorang pemuda yang bertanya kepada saya. “Kak, coba kakak sebutkan binatang apa yang paling kakak senangi. Urutkan mulai yang paling utama.” Wah, saya bingung sekali. Anak-anak mau ngerjain saya kali. Sehingga mereka memberikan pertanyaan yang seperti itu pada saya. Ada anggota pemuda lain yang ikut tertawa dan ingin mendengar jawaban saya. Mereka menunggu dengan harap. Seperti kan diberi sesuatu saja. Lalu saya menjawab, kupu-kupu, lumba-lumba dan anjing. Mengapa? Karena bagi saya, ketida hewan itu sangat luar biasa. Kupu-kupu, walau ia tidak memiliki waktu hidup yang lama, namun perjalanan hidupnya sangat sempurna. Ia memiliki warna yang indah, bisa terbang kesana-kemari, dan menjadi suatu perantara untuk penyerbukan. Lumba-lumba, walaupun saya hanya meihat dari jauh pada saat saya ada dalam perjalanan ke Lombok, namun yang saya dengar dan saya sering baca dalam cerit, binatang ini adalah mamalia laut yang memiliki rasa persahabatan yang tinggi. Bukan hanya kepada sesamanya, tetapi juga kepada manusia. Jika ia tidak disakiti, ia bisa bersahabat dengan siapapun. Anjing, ia adalah seekor binatang yang setia kepada tuannya. Ia tahu bagaimana ia harus bertindak kepada tuannya. Bahkan mungkin kita bisa kalah jauh dengan kesetiaan seekor ajing. Jangan kita punya pikiran, “Wah, K’Resa bandingkan saya dengan anjing.” Tidak demikian, namun kita bisa belajar darinya. Selain itu ia juga setia kawan. Tidak meninggalkan temannya, tetapi tetap bersama.
Hari ini, memang kita tidak akan membahas tentang binatang-binatang, tapi yang akan saya ambil adalah tentang kupu-kupu, seperti tema kita malam hari ini. METAMORFOSA.
Kita pastinya pernah mendengar dan bahkan memahami tentang metamorfosa. Saat SD, kita pernah belajar akan metamorfosa sempurna dan tidak sempurna. Tapi kita tidak akan membahas sempurna dan tidak sempurna. Yang kita bahas adalah metamorfosanya, secara khusus tentang kupu-kupu. Sebelumnya kita akan membaca dari Roma 12:2 dan 1 Timotius 4:12. Ayat yang sudah tidak asing bagi kita.
Metamorfosa adalah bahasa lain dari perubahan. Mengapa saya mengambil contoh kupu-kupu? Karena bagi saya, kupu-kupu menjadi suatu pembelajaran yang sempurna. Bagaimana ia berubah secara sempurna. Kita tahu, bahwa ia bukanlah berasal dari telur langsung menjadi kupu-kupu. Namun dari seekor ulat yang tidak disukai oleh orang-orang, dianggap menjijikan karena bentuknya yang tidak cantik. Namun tidak berhenti di situ. Ia harus mengalami masa meditasi atau yang kita kenal sebagai kepompong. Beberapa waktu lamanya, ia harus berdiam diri dalam kepompongnya dengan tujuan merubah dirinya. Dan dalam waktu beberapa hari,  jadilah sempurna, seekor kupu-kupu yang cantik, yang disengangi oleh banyak orang. Nah, ini adalah contoh yang sederhana dari perubahan fisik kupu-kupu. Kita akan belajar bersama bagaimana kita juga dapat ber-metamorfosa, bukan dari fisik saja tetapi dari dalam.
Dalam bagian yang telah kita baca, kita melihat ada bagian yang sama dan berkesinambungan dari 2 bagian yang kita baca. 2 bagian itu adalah: Roma – berubahlah  dan  1 Timotius – jadilah teladan. Walaupun kita melhat bahwa kedua kata ini berbeda, namun ini adalah suatu hal yang berkesinambungan atau berhubungan. Coba kita lihat dahulu yang pertama dalam Roma. “Jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini’ atau dalam bahasa kupu-kupu saya artikan, “Jangan kamu menjadi ulat terus, tidak ada kemajuan, bahkan tidak menjadi berkat bagi banyak orang.” TETAPI “Berubahlah oleh permbaharuan budimu…” atau “dari ulat, jadilah kupu-kupu yang indah agar kau menjadi berkat dan disenangi orang.”
Itu bahasa kupu-kupu, yaitu dari perubahannya. Tentunya, penerapan dalam kehidupan kita agak berbeda. Kita tahu bagaimana kondisi yang ada pada saat ini. Sangat berbeda dengan keadaan 10 tahun lalu. Bahkan lingkungan hidup kita juga sangat mempengaruhi akan keadaan kita pada saat ini. Dunia semakin gencar mengadakan suatu peperangan yang tidak kita lihat. Bagaimana tidak. Banyak hal yang dilakukan untuk dapat mempengaruhi kita, mulai dari gaya rambut sampai sepatu, bahkan bukan hanya itu saja, banyak yang menawarkan pemutih kulit dab lain sebagainya. Apakah salah? Tidak. Namun yang menjadi suatu kesalahan adalah, kita yang adalah orang percaya selalu mementingkan hal itu dibandingkan dengan kehidupan kita secara rohani. Sehingga tidak salah jika Paulus dengan tegas, dengan menggunakan suatu kalimat larangan, “JANGANLAH KAMU MENJADI SERUPA…”, bukan kalimat masukan, “BAIKLAH..” atau “HENDAKLAH..”. tetapi tegas sekali. Ini menandakan apa? Bahwa kita HARUS tidak menjadi seperti dunia ini, baik dalam moral dan gaya hidup. Fashion, boleh. Namun jangan sampai kita meninggalkan gaya hidup kita hanya demi diterima oleh orang lain.
Paulus melanjutkan dengan satu perkataan, “TETAPI BERUBAHLAH…”, ber-metamorfosa-lah. Paulus ingin berkata, jangan kamu puas dengan keadaan diri kamu yang sekarang, yaitu hidup dengan pengaruh dunia, tetapi kita hidup seturut dengan kehendak Allah. Dikatakan secara lengkap: YANG BAIK, YANG BERKENAN KEPADA ALLAH, dan YANG SEMPURNA. Sempurna, ini yang Paulus ajarkan kepada orang yang membaca pada saat itu dan kita pada saat ini. Bukan sempurna di mata manusia, tetapi di mata Allah, yang adalah sempurna.
Dilanjutkan dengan bagian yang kedua dari 1 Timotius 4:12. Nah, bagian ini yang langsung mengena kepada kita, anak muda gereja. Dikatakan, “JANGAN seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda.” Sekali lagi, pada bagian ini, Paulus menggunakan kalimat larangan, sama seperti bagian pertama yang telah kita baca tadi. Ketika kita telah berubah, ber-metamorfosa dalam hidup kita, jangan biarkan orang lain menganggap kita rendah.
Di sekolah saya, banyak orang yang seumuran dengan saya. Lulus dari SLTA, kami banyak yang mengambil keputusan masuk sekolah Theologia. Nah, ketika kami masuk dalam ladang pelayanan. Banyak di antara kami yang mendapatkan suatu perkataan, “Wah, Lz-nya masih kecil”, bahkan ada teman saya yang sudah ambil D3, sudah bekerja, namun karena badannya kecil, jemaatnya berkata, “Lz-nya kecil, imut-imut lagi.” Itu hanya contoh saja.
Rekan Pemuda yang terkasih di dalam Tuhan, mungkin kita juga bisa mengalami hal yang sama. Ketika kita belajar untuk berubah dan sedang dalam proses, ketika kita masuk dalam jemaat, kita sering kali dipandang rendah karena kita masih kecil. Wah, tidak jarang di antara kita yang ngambek dan tidak mau melayani. Nah, itu justru semakin menunjukkan kita adalah anak kecil dan bisa dianggap remeh. Tetapi apa yang Paulus ingin ajarkan kepada kita? Paulus ingin agar kita tidak menyerah dengan apa yang orang katakan kepada kita. Bukan dalam arti memberontak. Tetapi kita membuktikan bahwa diri kita juga mampu melakukan seperti apa yang jemaat lain lakukan. Paulus menggunakan kalimat perintah, “JADILAH teladan….” Sudah menggunakan kalimat larangan, eh, Paulus menggunakan kalimat perintah lagi. Ini benar-benar suatu penekanan yang paulus berikan kepada anak muda, seperti kita di jaman dulu dan sekarang. Apa yang Paulus inginkan untuk kita lakukan? Teladan dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan dan dalam kesucian.
Memang, dalam dunia ini tidak ada yang sempurna, no body’s perfect. Namun dalam dunia ini adalah suatu pembelajaran yang terus menerus.
Yang kita pelajari dari metamorfosa ini adalah:
1.          Metamorfosa memerlukan pengorbanan
2.          Metamorfosa memerlukan waktu
3.          Metamorfosa memerlukan ketekunan
4.          Metamorfosa memerlukan kemauan
5.          Metamorfosa menjadi sempurna

Pertanyaannya: maukah kita mengalami METAMORFOSA


No comments:

Post a Comment