HOSEA
3:1-5
Kita pasti pernah merasakan apa yang
namanya mencintai. Dalam pikiran kita, ketika kita mencintai, kita ingin kita
pun dicintai. Kita membayangkan memiliki suatu hubungan yang menyenangkan,
tidak ada kesalahpahaman, tidak ada yang namanya saling menyakiti, tidak ada
rasa saling curiga. Yang kita inginkan adalah kita selalu tertawa dan bercanda.
Namun pada kenyataannya adalah berbeda. Seringkali apa yang kita alami tidak
sama dengan apa yang kita pikirkan. Mimpi kita tidak sama dengan kenyataan. Sehingga
kita memutuskan untuk tidak lagi mencintai dan mengambil suatu kesimpulan bahwa
mencintai itu menyakitkan dan sebagainya.
Mengapa kita bisa mengambil kesimpulan itu?
Karena kita merasakan luka saat kita mencintai. Banyak pengaruh dari statement
yang kita ungkapkan. Misalnya, malas dalam melakukan segala hal, kita tidak
bersemangat untuk melakukan segala tugas yang telah dipercayakan kepada kita,
iman kita kepada Tuhan menjadi kendor, dan lain sebagainya. Padahal semua berasal
dari pikiran dan perkataan kita sendiri. Kita kalah dengan pikiran kita.
Pikiran dan emosi kita yang mengendalikan kita, bukan kita yang mengendalikan
pikiran dan emosi kita. Sehingga membuat kita seringkali gagal dan menyalahkan
diri kita sendiri.
Jika sudah demikian, kita bertanya apa
salah saya? Apakah yang telah saya lakukan salah? Dan banyak pertanyaan lain
yang muncul dalam hati kita. Mengapa? Karena kita tidak dapat menerima
semuanya. Banyak peristiwa yang dapat kita pikirkan dan tidak perlu saya
ungkapkan di sini.
Mencintai bukanlah hanya sekedar kita
memiliki perasaan terhadap orang lain. Namun mencintai juga kita harus mau untuk
merasa sakit dan terluka. Tidak ada suatu teori yang mengatakan bahwa ketika
kita mencintai, kita akan selalu merasa bahagia. Ketika kita mencintai, maka
kita juga harus mau untuk memaafkan, kita mau untuk mengerti dan merawat cinta
yang ada dalam kehidupan kita. Ketika kita mencintai sampai terluka dan kita
dapat dengan setia menjalaninya, aka cinta kita adalah cinta yang sejati.
Dalam Alkitab juga banyak diungkapkan bahwa
ada sesosok Pribadi yang mencintai kita hingga terluka. Kita tentu tahu, bahwa
Dialah TUHAN. TUHAN mencintai kita hingga terluka.
Mari kita baca HOSEA 3:1-5.
Mungkin kita jarang sekali, atau bahkan
tidak pernah merenungkan tentang Hosea. Kita hanya sekedar membaca saja, dan
asal lalu. Kisah dalam Hosea sangat menarik. Hosea adalah seorang nabi yang
diutus oleh Tuhan, memperingatkan orang Israel pada saat itu. Bahkan
kehidupan Hosea dijadikan sebagai suatu gambaran bahwa TUHAN mencintai menusia
hingga terluka.
Jika kita membaca mulai dari pasal 1, maka
kita akan mengetahui, mengapa dikatakan bahwa kehidupan Hosea merupakan suatu
gambaran tentang cinta dan kasih TUHAN pada kehidupan umat manusia. Hosea yang
seorang nabi, mendapatkan suatu perintah dari TUHAN untuk menikahi seorang
perempuan. Jangan kita berpikir, wah enak dong, Hosea diberikan jodoh oleh
Tuhan. Perempuan ini bukanlah perempuan sembarangan. Pasal 1:2, dia adalah
perempuan sundal. Wah, bagaimana mungkin seorang nabi menikah dengan perempuan
yang tidak baik, bahkan dikatakan perempuan sundal. Bukankah itu akan membuat
nama Hosea menjadi tercemar?
Kita tidak melihat di sini bahwa Hosea
memberontak. Mungkin dalam hati kecilnya, ia tidak mengerti apa yang menjadi
rencana TUHAN bagi hidupnya. Mengapa ia harus menikah dengan perempuan sundal?
Apakah tidak ada perempuan lain yang lebih baik dari itu? Namun demikian, Hosea
tetap melaksanakan apa yang TUHAN kehendaki untuk ia lakukan. Tanpa ragu, ia
menikahi perempuan itu, Gomer dan berusaha untuk mencintainya dengan setulus
hati. Bahkan dar pernikahannya, ia mendapatkan tiga orang anak. Apakah
kehidupan Hosea sangat bahagia?
Jika kita lihat dalam bagian yang
seterusnya, istri Hosea, Gomer bukanlah perempuan yang dapat berubah dengan
cepat. Walaupun ia telah ditebus dan dinikahi oleh Hosea, namun kehidupan
lamanya tetap tidak dapat ia tinggalkan. Ia kembali pada kehidupan yang lama. Coba
kita bayangkan bagaimana perasaan seorang suami yang istrinya kembali pada
kehidupan yang lama dan tidak menjadi istri yang setia? Walaupun dia menikah
bukan dengan keinginannya, namun karena keinginan TUHAN, pasti hatinya juga
merasakan sakit hati yang luar biasa. Bagaimana tidak, ia telah memiliki 3
orang anak, rasa cinta dan sayang pasti ada dalam kehidupannya. Hosea mencintai
Gomer hingga ia terluka. Sungguh menyakitkan. Namun sungguh luar biasa, ia
masih tetap setia. TUHAN memberikan kekuatan dan perintah untuk Hosea tetap
setia walaupun mengalami sakit yang luar biasa. Cinta Hosea menggambarkan suatu
cinta yang sejati. Walaupun ia merasakan sakit yang luar biasa, namun ia tetap
belajar bertahan dan menerima istrinya kembali. Kita melaihat dalam bagian yang
telah kita baca.
Dengan suatu pengorbanan, kembali ia harus
menebus istrinya, bukan dengan jumlah uang
yang kecil. Mungkin bukan saja dalam masalah uang, namun juga dengan
masalah hati dan rasa malu. Namun ia tetap melakukannya, demi kehidupan rumah
tangganya. Walaupun untuk sementara waktu Hosea tidak boleh bersetubuh dengan
Gomer, namun pada akhirnya, dengan kasih yang tulus dari Hosea, Gomer
disadarkan akan cinta yang tulus.
Gambaran apa yang ada dalam kehidupan nabi
Hosea? Itu adalah gambaran TUHAN dengan orang Israel . Kita tahu bahwa bangsa Israel
adalah bangsa yang tegar tengkuk. Dalam waktu sebentar saja mereka sadar, namun
mereka akan kembali pada kehidupan yang lama. Mereka bersungut-sungut dan
mereka kembali mengikuti kehidupan bangsa yang ada di sekitar mereka. Mereka
tidak mengingat apa yang telah TUHAN perbuat dalam kehidupan mereka. Mereka
hanya melihat apa yang mereka senangi dan mereka ingin lakukan dalam kehidupan
mereka. Pengorbanan dan penebusan yang telah TUHAN berikan untuk membebaskan
mereka dari tanah Mesir, tidak mereka ingat lagi. Oleh karena itu, TUHAN
menegur bangsa Israel
dengan memberikan contoh dalam kehidupan nabi Hosea.
TUHAN telah mencintai bangsa Israel
sampai Ia terluka. TUHAN telah memberikan kasih-Nya yang tulus untuk bangsa
yang Ia kasihi. Namun Israel
tidak membalas dengan memberikan kasih kepada TUHAN. Mereka justru berbalik
kepada yang lain. Namun kesetiaan TUHAN tidak dapat diukur dengan apa yang
dilakukan oleh bangsa Israel .
Kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Tuhan memberikan hukuman kepada bangsa Israel
dan tidak berhenti sampai di situ saja. TUHAN juga memberikan pemulihan kepada
mereka. Itulah kasih dan keadilan TUHAN.
Kita telah melihat kasih dan keadilan TUHAN
dalam kehidupan kita. Bagaimana TUHAN telah mengasihi kita, bahkan ketika kita
jauh dari pada TUHAN, TUHAN tetap mencintai kita sampai Ia terluka. Dengan
luka-Nya, kasih-Nya nyata dalam kehidupan kita. TUHAN memberikan teladan bagi
kehidupan kita.
Mungkin kita juga mengalami luka saat
mencintai. Orang yang kita cintai tidak menghargai perasaan yang kita berikan
kepadanya. Yang namanya luka akan lama sembuh dan keringnya, namun jika kita
biarkan begitu saja, maka akan semakin lama keringnya. TUHAN memberikan teladan
bagi kita. Ia terluka ketika mencintai kita, namun TUHAN tetap berfokus pada
kasih-Nya bukan pada luka-Nya. Sehingga TUHAN memulihkan kita, orang yang telah
menyakiti-Nya. Bahkan dengan kasih-Nya itu, TUHAN mengajak kita untuk
senantiasa hidup dekat dengan-Nya.
Satu ungkapkan yang menguatkan saya ketika
saya terluka dan mungkin saya tanpa sengaja melukai orang lain. Ungkapan ini
saya dengar pada saat saya mulai mbelajar mencintai seseorang, di bangku
kuliah. Setelah beberapa waktu lamanya dekat dengannya, saya mencoba serius,
dan rasa cinta itu bersemi. Sejak awal, saya dan juga seseorang itu memiliki
satu sloganh “LOVE NEVER FAILS”, kasih itu tak pernah gagal. Namun di tengah
perjalanan, ternyata orang yang saya kasihi berkata, bahwa ia harus berpikir
ulang tentang hubungan yang ada. Wah, bagaimana saya tidak sakit hati. Dia yang
mulai, eh dia juga yang mengakhiri. Rasanya sakit banget. Rasanya seperti apa,
tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun benar, LOVE NEVER FAILS. Kasih
yang kita berikan itu tidak pernah gagal. Walaupun kita tidak memiliki hubungan
yang lancar dan berhasil dengan orang yang kita cintai, namun kasih yang pernah
ada tidak akan pernah gagal karena akan meninggalkan suatu kesan yang mendalam
dalam hidup kita. Jangan kita berkata, saya tidak merasakannya jika kita tidak
benar-benar memberikan kasih kita untuk seseorang.
Banyak contoh yang bisa kita lihat dan kita
saksikan dalam kehidupan kita. Bahkan kita bisa melihat dan membaca di banyak
buku kesaksian.
Mari kita belajar
untuk mencintai dengan tulus, sekalipun kita harus merasa terluka. Bagikan Kasih
Kristus pada semua orang yang ada di sekitar kita.
No comments:
Post a Comment